Rabu, 13 Maret 2013

Surga



Luas Surga ; S 3 : 133
Keadaan Surga ;  S Ar rahman (55): 54; S Al Waqi’ah(56) 32 – 33
Macam-macam surga dan calon penghuninya
Bismillaahirrahmaanirrahiim
1.    Jannatul / Surga Firdaus
Surga Firdaus ini diciptakan oleh Allah Swt. dari emas.
Calon penghuninya, dijelaskan dalam surat Al-Mukminuun berikut ini.

(Q.S. Al-Mukminuun [23] : 1 – 11)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang Mukmin.
 Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman
Qad aflahal mu’minūn (sesungguhnya beruntunglah orang-orang Mukmin),
yakni sungguh sukses, selamat, dan berbahagialah orang-orang yang bertauhid dengan mengesakan Allah Ta‘ala. Mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi surga, sedangkan orang-orang kafir tidak. Menurut yang lain, sungguh sukses dan selamatlah orang-orang Mukmin yang benar dalam keimanannya. Lafazh al-falāh (keberuntungan) menyiratkan dua hal, yakni: keselamatan dan kelanggengan.
Selanjutnya Allah Ta‘ala Menerangkan sifat orang-orang Mukmin yang beruntung itu dengan Firman-Nya:
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya
Alladzīna hum fī shalātihim khāsyi‘ūn ([yaitu] orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya), yakni orang-orang yang merendahkan diri, tawaduk, tidak melirik ke kanan dan kiri, dan tidak pula meninggikan tangan mereka (mengangkat kedua sikut) dalam shalat.
Asbabun Nuzul ayat 1 – 2
Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwasanya dulu Rasulullah saw.setiap kali shalat selalu mengangkat pandangannya ke langit. Kemudian ayat ini pun turun. Ibnu Mardawaih meriwayatkan, “Beliau menoleh ke langit setiap kali shalat.”
 (Lubaabun Nuquul: 137).

dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
Wal ladzīna hum ‘anil laghwi mu‘ridlūn (dan orang-orang yang menjauhkan diri dari hal-hal yang tidak berguna), yakni orang-orang yang meninggalkan kebatilan dan sumpah yang tak perlu.
dan orang-orang yang menunaikan zakat
Wal ladzīna hum liz zakāti fā‘ilūn (dan orang-orang yang menunaikan zakat), yakni menunaikan zakat harta mereka.
dan orang-orang yang menjaga kemaluannya
Wal ladzīna hum li furūjihim hāfizhūn (dan orang-orang yang menjaga kemaluannya), yakni menjaga kemaluannya dari hal-hal yang haram.
kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela
Illā ‘alā azwājihim (kecuali terhadap istri-istri mereka), yakni empat orang istri.
Au mā malakat aimānuhum (atau [budak-budak] yang mereka miliki), dalam jumlah yang tidak terbatas.
Fa innahum ghairu malūmīn (maka sesungguhnya mereka itu tiada tercela), yakni halal.
[994]. Maksudnya: budak-budak belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu, wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin yang ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan. Imam boleh melarang kebiasaan ini lihat selanjutnya no. [282]
Barangsiapa mencari yang di balik itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
Fa manibtaghā warā-a dzālika (barangsiapa mencari di balik itu), yakni barangsiapa mencari cara selain cara yang halal.
Fa ulā-ika humul ‘ādūn (maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas), yakni orang-orang yang melanggar halal dan mengerjakan yang haram.
[995]. Maksudnya: zina, homoseksual, dan sebagainya
Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
Wal ladzīna hum li amānātihim (dan orang-orang yang terhadap amanat-amanat), yakni terhadap perkara-perkara yang diamanatkan kepada mereka, seperti shaum, wudu, mandi janabat, titipan, dan sebagainya.
Wa ‘ahdihim (dan janjinya), baik terhadap Allah Ta‘ala maupun terhadap sesama manusia.
Rā‘ūn (memelihara), yakni menjaganya dengan cara menunaikannya.
dan orang-orang yang senantiasa memelihara shalatnya.
Wal ladzīna hum ‘alā shalawātihim yuhāfizhūn (dan orang-orang yang senantiasa memelihara shalatnya), yakni senantiasa menunaikan shalat pada waktunya.
Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi
Ulā-ika (mereka itulah), yakni si pemilik sifat-sifat tersebut.
Humul wāritsūn (orang-orang yang akan mewarisi), yakni orang-orang yang akan menghuni.
(yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Alladzīna yaritsūna ([yaitu] orang-orang yang akan mewarisi), yakni yang akan menghuni.
Al-firdausa (surga Firdaus), yakni istana-istana ar-Rahman. Dalam bahasa Romawi, Firdaus berarti taman.
Hum fīhā khālidūn (mereka langgeng di dalamnya), yakni mereka kekal di dalam surga, tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah dikeluarkan darinya.


2.    Jannatun / Surga ‘Adn

Surga ‘Adn ini diciptakan oleh Allah Swt. dari intan putih.
Calon penghuni Surga ‘Adn antara lain:

1. (Q.S. Ar Ra’d [13] : 22 – 24)


Orang yang sabar, menginfakkan hartanya dan membalas kejahatan dengan kebaikan.
“Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik).
Wal ladzīna shabarū (dan orang-orang yang bersabar) dalam menjalankan Perintah Allah Ta‘ala.
Ibtighā-a wajhi rabbihim (karena mengharapkan Wajah Rabb mereka), yakni mencari Keridaan Rabb mereka.
Wa aqāmush shalāta (mendirikan shalat), yakni menyempurnakan shalat lima waktu.
Wa aηfaqū mimmā razaqnāhum (dan menafkahkan sebagian rezeki yang telah Kami Berikan kepada mereka), yakni menyedekahkan sebagian Pemberian Kami.
Sirran (secara diam-diam), yakni (hanya) mereka dan Rabb mereka saja (yang tahu).
Wa ‘alāniyatan (dan terang-terangan), yakni (diketahui) oleh dirinya dan orang lain.
Wa yadra-ūna bil hasanatis sayyi-ata (serta menolak keburukan dengan kebaikan), yakni membalas ucapan buruk yang ditujukan kepada mereka dengan ucapan baik.
Ulā-ika (mereka itulah), yakni pemilik sifat sebagaimana yang telah dikemukakan mulai dari ayat, … innamā yatadzakkaru ulul albāb (Q.S. 13 ar-Ra‘d : 19) sampai ayat ini.
Lahum ‘uqbad dār (akan meraih kesudahan yang baik), yaitu surga. Selanjutnya Allah Ta‘ala Menerangkan surga-surga untuk mereka. Dia Berfirman:

(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.”
Jannātu ‘adnin ([yaitu] surga ‘Adn), yakni istana dari Yang Maha Pengasih yang disediakan bagi para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
Yad-khulūnahā wa maη shalaha (yang akan mereka masuki bersama-sama orang-orang yang saleh), yakni orang-orang yang bertauhid.
Min ābā-ihim (di antara bapak-bapak mereka), yakni bapak-bapak mereka juga akan memasuki surga ‘Adn.
Wa azwājihim (istri-istri mereka), yakni istri-istri mereka yang bertauhid juga akan memasukinya.
Wa dzurriyyātihim (dan keturunan mereka), yakni keturunan mereka yang bertauhid juga akan memasuki surga ‘Adn.
Wal malā-ikatu yadkhulūna ‘alaihim ming kulli bāb (sedangkan para malaikat akan masuk ke tempat-tempat mereka dari tiap-tiap pintu), yakni masing-masing akan mendapatkan sebuah kemah yang terbuat dari mutiara yang berlubang. Kemah itu memiliki empat ribu pintu. Setiap pintu mempunyai sebuah daun pintu yang akan dimasuki oleh malaikat. Para malaikat itu akan mengucapkan:
 

Salāmun ‘alaikum bi mā shabartum (salāmun ‘alaikum bimā shabartum . [keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian]), yakni surga ini dianugerahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian dalam menjalankan Perintah Allah Ta‘ala.
Fa ni‘ma ‘uqbad dār (maka alangkah baik tempat kesudahan itu), yakni alangkah baiknya surga yang dianugerahkan kepada kalian.


2. (Q.S. An-Nahl [16] : 31 – 32)



Orang yang bertakwa kepada Allah Swt.
“(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bertakwa.
Jannātu ‘adnin ([yaitu] surga ‘Adn), yakni istana megah milik Yang Maha Pengasih.
Yadkhulūnahā (yang akan mereka masuki) pada hari kiamat.
Tajrī miη tahtihā (yang mengalir di bawahnya), yakni di bawah pepohonan dan tempat-tempat tinggalnya.
Al-anhāru (sungai-sungai), yaitu sungai madu, sungai susu, sungai khamar, dan sungai air.
Lahum fīhā (di dalamnya mereka memperoleh), yakni di dalam surga itu.
Mā yasyā-ūn (apa saja yang mereka kehendaki), yakni apa saja yang mereka inginkan dan mereka angankan.
Kadzālika (begitulah), yakni seperti itulah.
Yajzillāhul muttaqīn (Allah Memberikan balasan kepada orang-orang yang bertakwa), yakni orang-orang yang menjauhi kekufuran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan buruk.


(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka), ‘Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah kamu kerjakan.’”    
Alladzīna tatawaffāhumul malā-ikatu ([yaitu] orang-orang yang diwafatkan oleh para malaikat), yakni rohnya dicabut oleh malaikat.
Thayyibīna (dalam keadaan baik), yakni bersih dari perbuatan syirik.
Yaqūlūna salāmun ‘alaikum (dengan mengatakan, “Salāmun ‘alaikum [semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian]), yakni keselamatan dari Allah Ta‘ala.
Udkhulul jannata (masuklah kalian ke dalam surga) lantaran keimanan kalian, dan silakan mengambil bagian di dalam surga.
Bimā kuηtum ta‘malūn (karena apa yang dahulu kalian lakukan”), yakni sebagai akibat dari berbagai kebaikan yang dahulu kalian lakukan dan kalian katakan ketika di dunia.
[822]. Maksudnya: wafat dalam keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat juga berarti mereka mati dalam
                                  keadaan senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.
[823]. Artinya selamat sejahtera bagimu.

 Inti sari ayat 32:
Keadaan Kematian Khusnul Khatimah
Ketika orang-orang beriman akan meninggalkan dunia, malaikat mendatanginya sambil menyampaikan kabar gembira “Kesejahteraan atas kalian. Bersiaplah kalian untuk memasuki surga atas apa yang telah kalian perbuat”. Demikianlah keadaan orang-orang yang mati dalam keadaan husnul khatimah.

      3. (Q.S. Thaahaa [20] : 75 – 76)

Orang yang benar-benar beriman dan beramal saleh.
“Dan barangsiapa datang kepada Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh, mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia).
Wa may ya’tihī (dan barangsiapa menghadap Rabb-nya) pada hari kiamat.
Mu’minan (sebagai seorang Mukmin) yang benar dalam keimanannya.
Qad ‘amilash shālihāti (yang sungguh-sungguh telah mengerjakan amal-amal saleh), yakni berbagai kebajikan yang berhubungan dengan Rabb-nya.
Fa ulā-ika lahumud darajātul ‘ulā (maka mereka itulah orang-orang yang meraih derajat-derajat tinggi), yakni derajat yang luhur di dalam surga-surga. Lalu Allah Ta‘ala Menjelaskan surga-surga yang diperuntukkan bagi mereka. Dia Berfirman:

(Yaitu) surga Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).”
Jannātu ‘adnin (yaitu surga-surga ‘Adn) yang merupakan Dārur rahmān yang Dia Ciptakan dengan tangan dan Kekuatan-Nya dan terletak di tengah-tengah surga. Dan di sekitar surga-surga itu.
Tajrī miη tahtihā (yang mengalir dari bawahnya), yakni dari bawah pepohonan dan tempat-tempat tinggalnya.
Al-anhāru (sungai-sungai), yaitu sungai madu, sungai susu, sungai air, dan sungai khamar.
Khālidīnā fīhā (mereka kekal di dalamnya), yakni mereka langgeng di dalam surga itu, tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah dikeluarkan dari dalamnya.
Wa dzālika (dan itulah), yakni surga-surga dan kelanggengan itulah.
Jazā-u maη tazakkā (balasan bagi orang-orang yang suci), yakni pahala bagi orang-orang yang bertauhid dan berbuat baik.
“Surga itu mempunyai seratus tingkatan, yang setiap tingkatan mempunyai jarak seperti antara langit dan bumi, dan Firdaus adalah tingkatan yang paling tinggi. Darinya keluar sungai-sungai yang empat, sedangkan ‘Arsy berada di atasnya. Oleh karena itu, jika kalian meminta kepada Allah, maka mintalah Firdaus kepada-Nya.” (HR. At-Tirmidzi).

Di dalam kitab ash-shahihain disebutkan :


“sesungguhnya penghuni Surga yang berada di ‘Illiyyin bisa melihat orang-orang  yang berada di atasnya, sebagainama kalian bisa melihat bintang-bintang tenggelam di ufuk langit karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka.” Para sahabat bertanya: “Ya Rasulallah, apakah itu tempat para Nabi ?” Beliau menjawab: “Betul, demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, (tapi juga untuk) orang-orang yang beriman dan yang membenarkan para Rasul.”

Di dalam kitab sunan disebutkan, bahwa  Abu Bakar dan ‘Umar termasuk dari kalangan mereka.


4. (Q.S. Fathir [35] : 32 – 33)



Orang yang banyak berbuat baik.
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Tsumma (kemudian) sesudah Kami Menurunkan Jibril dengan membawa al-Quran kepada Nabi Muhammad.
Auratsnal kitāba (Kami Mewariskan al-Kitab itu), yakni memuliakan dengan hapalan al-Quran, tulisannya, dan bacaannya.
Alladzīnash-thafainā min ‘ibādinā (kepada orang-orang yang telah Kami Pilih di antara Hamba-hamba Kami) berdasarkan keimanan. Mereka adalah umat Nabi Muhammad saw..
Fa minhum zhālimul li nafsihī (maka di antara mereka ada yang menzalimi dirinya sendiri) dengan melakukan dosa-dosa besar. Mereka tidak akan selamat kecuali mendapat syafaat dan ampunan.
Wa minhum muqtashidun (dan di antara mereka ada yang pertengahan), yakni orang-orang yang antara kebaikan dan keburukannya sama.
Wa minhum sābiqun (dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu), yakni yang sampai.
Bil khairāti (pada kebaikan) di dunia dan mendekat ke surga ‘Adn di akhirat.
Bi idznillāh (dengan Izin Allah), yakni dengan Taufik Allah Ta‘ala dan kemuliaan dari-Nya.
Dzālika (hal itu), yakni memilih dan mendahulukan itu.
Huwal fadllul kabīr (adalah karunia yang besar), yakni anugerah yang besar dari Allah Ta‘ala kepada mereka.
[1260]. Yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat banyak dan amat jarang berbuat kesalahan.

Kemudian Allah Ta‘ala Menjelaskan tempat kediaman mereka. Dia Berfirman:

(Bagi mereka) surga Adn, mereka masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.”
Jannātu ‘adnin (surga-surga ‘Adn), yakni istana yang penuh rahmat sebagai tempat tinggalnya, dan di sekitarnya ada taman-taman.
Yadkhulūnahā yuhallauna fīhā (yang akan mereka masuki; di dalamnya mereka diberi perhiasan), yakni di dalam surga mereka memakai ….
Min asāwira miη dzahabiw wa lu’lu-an (gelang-gelang dari emas dan mutiara). Ini merupakan perhiasan kaum perempuan, sedangkan perhiasan kaum lelaki terbuat dari emas. Wa libāsuhum fīhā (dan pakaian mereka di dalamnya), yakni di dalam surga.
Harīr (adalah sutra).


3. Jannatun / Surga Na’im
Surga Na’im diciptakan oleh Allah Swt. dari perak putih.
Calon penghuninya adalah orang-orang yang benar-benar bertakwa dan beramal saleh.

Sebagaimana firman Allah Swt. berikut ini.

1. (Q.S. Al-Qalam [68] : 34)

“Sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.”
Inna lil muttaqīna (sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa), yakni bagi orang-orang yang menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji.
‘Iηda rabbihim (di sisi Rabb mereka) di akhirat.
Jannātin na‘īm (adalah surga-surga yang penuh dengan kenikmatan) yang langgeng dan tak akan sirna

2. (Q.S. Luqman [31] : 8)

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh kenikmatan”
Innal ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhamamd saw. dan al-Quran.
Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang berhubungan dengan Rabb mereka.
Lahum jannātun na‘īm (bagi mereka adalah surga-surga yang penuh kenikmatan), yang kenikmatannya tak akan sirna.
3. (Q.S. Al-Hajj [22] : 56)



“Kekuasaan di hari itu ada pada Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman dan beramal saleh adalah di dalam surga yang penuh kenikmatan.”
Al-mulku (kekuasaan), yakni keputusan.
Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat.
Lillāh, yahkumu bainahum (adalah Kepunyaan Allah. Dia akan Membuat keputusan di antara mereka), yakni Dia akan Memutuskan di antara kaum Mukminin dan kaum kafirin.
Fal ladzīna āmanū (maka orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad saw. dan al-Quran.
Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh), yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang berhubungan dengan Rabb-nya.
Fī jannātin na‘īm (berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan) seraya dimuliakan dengan berbagai pemberian.


4. Jannatul / Surga Ma’wa
Surga Ma’wa diciptakan oleh Allah Swt dari zamrud hijau.
Calon penghuninya adalah :

1. (Q.S. As-Sajdah [32] : 19)

Orang-orang yang benar-benar beriman dan beramal saleh.
“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Ammal ladzīna āmanū (adapun orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad saw. dan al-Quran.
Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh), yakni berbagai kebajikan yang berhubungan dengan Rabb mereka.
Fa lahum jannātul ma‘wā nuzulan (maka bagi mereka adalah surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala), yakni sebagai tempat tinggal dan pahala bagi mereka di akhirat.
Bimā kānū ya‘malūn (atas apa yang dahulu selalu mereka kerjakan), yakni berbagai kebajikan yang selalu mereka kerjakan ketika di dunia.
2. (Q.S. An-Naazi‘aat [79]: 40 – 41)

Orang-orang yang takut pada kebesaran Allah Swt. dan menahan diri dari hawa nafsu buruk.

“Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.
Wa ammā man khāfa (dan barangsiapa takut), manakala berbuat maksiat.
Maqāma rabbihī (akan Keagungan Rabb-nya), yakni kedudukan ia di hadapan Rabb-nya seraya menghentikan kemaksiatannya.
Wa nahan nafsa ‘anil hawā (serta menahan diri dari hawa nafsu), yakni dari keharaman yang sangat diinginkannya. Dia adalah Mush‘ab bin ‘Umair.
Maka sesungguhnya surga tempat tinggal(nya).”
Fa innal jannata hiyal ma’wā (maka pastilah surga merupakan tempat kembalinya), yakni tempat kembali orang-orang seperti itu.


5. Jannatud / Surga Darussalam

Surga Darussalam diciptakan oleh Allah Swt dari yakut merah.
Calon penghuninya adalah orang-orang yang kuat iman dan Islamnya, mengamalkannya ayat-ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari, serta mengerjakan amal saleh lainnya karena Allah Swt.

Firman-Nya,
(Q.S. Al-An’aam [6] : 127)

“Bagi mereka (disediakan) darussalam (surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal saleh yang selalu mereka kerjakan
Lahum (bagi mereka), yakni bagi orang-orang yang beriman.
Dārus salāmi ‘iηda rabbihim (ialah Darus Salam pada sisi Rabb mereka). As-Salām (Maha Pemberi Keselamatan) adalah Allah, sedangkan surga adalah Darus Salam (negeri keselamatan).
Wa huwa waliyyuhum (dan Dia adalah Pelindung dan Penolong mereka) yang akan memberikan pahala dan kemuliaan.
Bimā kānū ya‘malūn (lantaran apa-apa yang senantiasa mereka perbuat), yakni atas kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan ketika di dunia.


6. Jannatud / Surga Darul Muqamah
Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah Swt. dari permata putih.
Calon penghuninya adalah orang-orang yang melakukan banyak kebaikan.
Firman-Nya,
(Q.S. Faathir [35] : 34-35)

 “Dan mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Wa qālu (dan mereka berkata), yakni penghuni surga berkata di dalam surga.
Al-hamdu lillāhi (“Segala puji bagi Allah), yakni segala syukur dan karunia Kepunyaan Allah Ta‘ala.
Alladzī adzhaba ‘annāl hazan (yang telah menghilangkan dukacita dari kami), yakni dukacita kematian, kebinasaan, dan kengerian-kengerian pada hari kiamat.
Inna rabbanā la ghafūrun (sesungguhnya Rabb kami benar-benar Maha Pengampun) atas dosa-dosa yang besar.
Syakūr (lagi Maha Mensyukuri”) amal-amal yang tak seberapa.

Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.’”
Alladzī ahallanā (yang telah menempatkan kami), yakni yang telah memberi kami tempat.
Dāral muqāmati (di negeri yang kekal), yakni surga.
Miη fadllihī (dari Karunia-Nya), yakni berkat Karunia-Nya. Tidak ada penuaan di dalamnya.
Lā yamassunā (kami tiada terkena), yakni tidak tertimpa.
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam surga.
Nashabun (kelelahan), yakni rasa capai dan payah.
Wa lā yamassunā (dan tiada pula terkena).
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam surga.
Lughūb (kelesuan), yakni kepenatan.
Asbabun Nuzul ayat 35:
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi ayat ini turun ketika Rasulullah saw. ditanya oleh seseorang tentang tidur dan istirahat di dalam surga. Orang tersebut berkata wahai  Rasulullah, tidur adalah ni’mat Allah, lalu apa di surga kita juga tidur?”kemudian beliau menjawab, “Di surga tidak ada tidur, karenna tidur kawannya kematian, dan di surga tidak ada kematian. Di surga tidak ada kepenatan. Semua urusan mereka menyenangkan”    maka dari itu, turunlah ayat ini. (Lubaabun Nuquul: 165).


7. Jannatul / Surga Al-Maqaamul Amiin
Surga Al-Maqaamul adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari emas.
Calon penghuninya adalah orang-orang yang sangat beriman (muttaqien), yaitu yang benar-benar bertakwa kepada Allah Swt.
sebagaimana firman Allah Swt. :
(Q.S. Ad-Dukhan [44] : 51)


“Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa berada dalam tempat yang aman.”
Innal muttaqīna (sesungguhnya orang-orang yang bertakwa), yakni orang-orang yang manjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji. Mereka adalah Abu Bakr dan teman-temannya.
Fī maqāmin amīn (berada dalam tempat yang aman) dari kematian, kebinasaan, dan siksaan.


8. Jannatul / Surga Khuldi
Surga Khuldi adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari marjan merah dan kuning. Calon penghuninya adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya.
Firman-Nya,
(Q.S. Al-Furqan [25] : 15)



“Katakanlah, ‘Apa (azab) yang demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa? Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi mereka.’”
Qul (katakanlah), hai Muhammad saw. kepada penduduk Mekah: Abu Jahl dan teman-temannya.
A dzālika (“Apakah itu), yakni kecelakaan, kebinasaan, dan api yang menyala-nyala yang telah Aku Kemukakan itu.
Khairun am jannatul khuldi (yang lebih baik, ataukah surga yang kekal) untuk Nabi Muhammad saw. dan para shahabatnya.
Allatī wu‘idal muttaqūn (yang telah dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa), yakni kepada orang-orang yang menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan buruk.
Kānat lahum (adalah ia bagi mereka), yakni surga yang kekal itu.
Jazā-aw wa mashīrā (merupakan balasan dan tempat kembali”) di akhirat.

Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar