Senin, 04 Maret 2013

Fadlilah Al Qur'an




Al Ikhlas, 22 Juli 2012

1.    Qala Rasulullahi SAW, majtama aqoumun fii baiitimin buyutillah, yatluna kitaballahi, wayatadarallahu bainahum ila nazalat ‘alihi sakiina, wa ghasyah humu rahmah, wahabbat humul malikah, wadzakara humullahu fiiman ‘indah.(Rawahu Muslim). Apabila suatu kaum berkumpul dalam suatu majlis Al Qur’an, mereka membaca Al Qur’an, mereka mengkaji Al Qur’an, akan turun kepada mereka 4 hal, yang pertama as sakiinah (ketenangan) dari Allah SWT, yang ke dua akan turun kepada mereka ar rahmah, rahmat Allah SWT, yang ke tiga akan mendapatkan liputan daripada malaikat – dirinya akan selalu dijaga oleh para malaikat, yang ke empatnya akan selalu dipuji oleh Allah SWT, ada di makhluk yang ada di sekitarnya.

2.    Yang penting dalam pidato adalah bukan panjang tetapi isi, begitulah dengan umur kita, yang penting bukan panjangnya tetapi bagaimana mengisi umur kita dengan sebaik-baiknya. Kita baca, kita pahami dan kita jalani, itulah sikap kita dengan Al Qur’an dalam mengisi sisa umur kita. Betapa banyak orang meninggal dunia tidak memahami Al Qur’an. Marilah kita belajar memahami Al Qur’an, mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan kepada kita untuk memahami Al Qur’an.

3.    Boleh jadi waktu didunia memiliki pengacara termahal, tapi nanti di yaumul akhir ia tidak bisa membela kita. Siapa yang akan jadi pembela, siapa yang akan jadi pengacara kita nanti, di hari kiamat, di hari perhitungan, tidak lain salah satunya adalah Al Qur’an akan jadi syafaat, Al Qur’an akan jadi penolong, Al Qur’an akan jadi pembela kita. Maka bacalah Al Qur’an, pahami Al Qur’an, amalkan Al Qur’an di dalam kehidupan kita, insya’ Allah dia akan membela kita dari setiap dosa dan kesalahan kita agar kita bisa memasuki surga yang sangat kita damba.

4.    Marilah kita belajar untuk memahami Al Qur’an. Al ijtihadu asasun najah – bersungguh-sungguh adalah pangkal kesuksesan. Nasehat ini memberikan kepada kita satu sinar, bahwa kesungguhan untuk memahami Al Qur’an bisa mewujudkan cita-cita anda memahami Al Qur’an. Sungguh-sungguhlah dalam belajar, focus, focus dan focus itu kunci kesuksesan di dalam mempelajari Al Qur’an.

Regular Pentagon: 1 

                   S. Al Kahfi (18) : 27.

Teguran kepada Nabi agar jangan mementingkan orang-orang terkemuka saja dalam berdakwah.

Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhanmu (Al Quran). Tidak ada (seorangpun) yang dapat merobah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari padaNya.

Allah berfirman seraya memerintahkan Rasul-Nya untuk membaca Kitab-Nya yang mulia serta menyampaikan kepada ummat manusia.

Mubaddila likalimatihitidak ada (seorangpun) yang dapat merubah kalimat-kalimat-Nya. Maksudnya tidak ada yang dapat merubah, menyelewengkan dan menghapusnya.
Wa lan tajida min duunihi multahadaa – dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain dari-Nya. Dari Mujahid, ia mengemukakan : Multahadan berarti tempat berlindung, dan Qatadah mengartikan penolong. Sedangkan Ibnu Jarir mengatakan : Jika engkau, hai Muhammad, tidak membaca apa yang telah Aku wahyukan kepadamu dari Kitab Rabb-mu, maka tidak ada tempat berlindung bagimu dari Allah Ta’ala.

1.    Nabi bersabda, Aafatul ‘ilmi nisyyaan, wa ‘idlaatu wa ayu kadzitsa bihi ghaira ahlih – Rusaknya ilmu karena lupa, menyia-nyiakannya adalah karena mebicarakannya kepada yang bukan ahlinya. Maka jangan biarkan, ilmu untuk memahami Al Qur’an kita biarkan lupa. Maka hafalkan setiap pelajaran yang kita pelajari, insya’ Allah, Allah akan memelihara hafalan kita, Allah akan membuat kita faham, dan kita bisa mengamalkan dalam kehidupan kita.

2.    Dengan ilmu hidup menjadi mudah, dengan seni hidup menjadi indah, dengan Al Qur’an hidup kita akan jadi terarah. Tanpa ilmu hidup terasa hambar, tanpa seni hidup terasa kasar, tanpa Al Qur’an hidup kita akan kesasar. Betapa banyak orang yang kesasar, orang yang kehilangan arah karena jauh dari Al Qur’an. Marilah kita baca, kita pahami

3.    Nabi Muhammad SAW memberikan kepada kita peringatan, Idza ahabba ahadukum, ayyuhaditsa rabbah, falyaqro’ul qur’an – jika salah seorang diantara kalian ingin berdialog dengan Tuhannya, maka bacalah Al Qur’an. Handphone alat komunikasi kita dengan relasi, tapi alat komunikasi kita dengan Allah adalah Al Qur’an. Baca, pahami, jalankan Al Quran dalam kehidupan kita, maka akan mendekatkan hubungan kita dengan Allah SWT.

Regular Pentagon: 2 


                   S. Al 'Ankabut (29) :45.

AL QUR'AN MENSUCIKAN JIWA MANUSIA
Shalat mencegah kejahatan.


Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Allah berfirman memerintahkan Rasul-Nya serta orang-orang yang beriman untuk mentilawahkan al-Quran, yaitu membacanya dan menyampaikanya kepada umat manusia.
Wa akimishsholaata innaashsholaata tanhaa ‘anilfahsyaaaai wal munkari waladzikrullaahi akbaru. Dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah lain), yaitu, sesungguhnya shalat mencakup dua hal : meninggalkan berbagai kekejian dan kemungkaran, dimana menjaganya dapat membawa sikap meninggalkan hal-hal tersebut.

Di dalam sebuah hadits yang berasal dari riwayat ‘Imran dan Ibnu ‘Abbas secara marfu’ dijelaskan : manlam tanhahu shalaatuhu ‘anilfahsyaai walmunkari lam tazid hu minallaahu illaa bu’daa. Barangsiapa yang shalatnya tidak mencegahnya dari perbuatan keji dan munkar, maka tidak akan dapat menambahkannya dari Allah melainkan semakin jauh. (HR. Ath-Thabrani).
Shalat mencakup pula upaya mengingat Allah Ta’ala, itulah tujuan yang paling besar. Untuk itu, Allah Ta’ala berfirman :
Waladzikrullaahi akbaru – Dan sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar, yaitu lebih besar daripada yang pertama.
Wallaahu ya’lamu maa tashna’uuna – Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, yaitu, Dia Mahamengetahui seluruh amal perbuatan dan perkataan kalian. Abul ‘Aliyah berkata tentang firman Allah Inna shshalaata tanhaa ‘anilfahsyaaaai wal munkari. Sesungguhnya shalat itu mencegah perbuatan keji dan munkar.

Sesungguhnya shalat itu memiliki tiga pokok. Setiap shalat yang tidak memiliki salah satu dari tiga pokok itu, maka hal itu bukanlah shalat, Ikhlas, khasy-yah(rasa takut), dan mengingat Allah. Ikhlas memerintahkannya kepada yang ma’ruf. Khasy-yah – mencegahnya dari yang munkar dan mnegingat Allah  adalah al-Quran yang memerintah dan melarangnya.
‘Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu ‘Abbas tentang firman Allah Waladzikrullaahi akbaru – dan sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar, sesungguhnya ingatnya Allah kepada hamba-hamba-Nya lebih besar jika mereka mengingat-Nya dibandingkan dengan ingat mereka kepada-Nya. Demikian yang diriwayatkan oleh banyak orang dari ‘Ibnu Abbas serta dikatakan pula oleh Mujahid dll.

Dari Ibnu ‘Abbas pula tentang firman-Nya Allah Waladzikrullaahi akbaru – dan sesungguhnya mengingat Allah itu lebih besar, dia berkata : Maknanya memiliki dua hal; mengingat Allah tentang apa yang diharamkan-Nya dan ingatnya Allah kepada kalian lebih besar daripada ingat kalian kepada Allah.

1.    Al ujratu biqadri masakhah - pahala itu sebanding dengan tingkat kesulitan. Maka kalau anda merasa kesulitan, insya Allah tidak akan tertukar sebanding dengan pahala yang akan kita dapatkan nanti, senantiasa rajin, hafalkan dalam belajar memahami Al Qur’an, insya’ Allah, Allah akan memberikan kemudahan.

2.    Ahabul a’ma ilallah adzwamuhu wa idzqala – Amal yang paling dicintai Allah ialah  dikerjakan terus menerus, meskipun sedikit. Walaupun sedikit anda mempelajari tentang ilmu memahami Al Qur’an, sedikit demi sedikit, tapi terus tiap hari kita hafalkan, dan tiap hari kita praktekkan, insya’ Allah, Allah akan memberikan kemudahan kepada kita untuk memahami Al Qur’an.

Regular Pentagon: 3 

                   S. An Naml (27) : 91 – 92.

Aku hanya diperintahkan untuk menyembah Tuhan negeri ini (Mekah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nya-lah segala sesuatu, dan aku diperintahkan supaya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.

Allah SWT berfirman mengabarkan kepada Rasul-Nya serta memerintahkannya untuk mengatakan : Innamaaaa umirtu an a’buda robba haadzihi lbaldati lladzii harra mahaa wa lahu kullu syaiin – Aku hanya diperintahkan untuk beribadah kepada Rabb negeri ini (Makkah) Yang telah menjadikannya suci dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu, menyandarkan Rububiyyah-Nya kepada sebuah negeri sebagai cara penghormatan dan perhatian terhadapnya (Makkah). Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman : S. Al Quraisy (106) : 3 – 4.


Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan Pemilik rumah ini (Ka'bah).


Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan.

Firman Allah Alladzii harramahaa – Yang telah menjadikannya suci, yakni yang menjadikannya tanah haram menurut hukum syar’i dan memberikan nilai yang tinggi dengan penghormatan Allah terhadapnya.

Sebagaimana telah tetap di dalam ash-Shahihain, bahwa Ibnu ‘Abbas berkata : Rasulullah saw bersabda pada hari Fat-hu Makkah : Inna haadzaa lbalada harramahu lloohu yauma kholaqa ssamawaati walardza fahuwa haraamun bihurmati llaahi ilaa yaumi lqiyaamati, laa yu’dlodu syau kuhu wa laa yunaffaru wa laa yaltaqithu luqthotahu ilaa man ‘arrafahaa walaa yukhtalaa kholaa haa – Sesungguhnya negeri ini telah diharamkan oleh Allah sejak hari penciptaan langit dan bumi. Maka, dia adalah haram dengan kehormatan Allah hingga hari Kiamat. Tidak boleh dipotong durinya, tidak boleh diburu binatang buruannya, dan tidak boleh diambil barang barang temuannya kecuali untuk orang yang akan mengumumkannya dan tidak boleh dipotong tumbuh-tumbuhannya. (Al-Hadits).

Di dalam kitab-kitab Shahih, kitab-kitab Hasan dan kitab-kitab Musnad dari jalur periwayatan jama’ah disebutkan bahwa ayat-ayat tersebut bermakna qath’i sebagaimana dijelaskan di dalam pembahasan mengenai ayat-ayat tersebut pada kitab-kitab hukum. Hanya milik Allah segala puja dan puji.

Firman Allah :
Walahu kullu syaiin – Dan kepunyaan-Nyalah segala sesuatu, termasuk bab ‘athaf umum dari yang khusus, yakni Dialah Rabb negeri ini serta Rabb dan Raja segala sesuatu, tidak ada ilah kecuali Dia.
Wa umirtu an akuuna mina lmuslimiiiin – Dan aku diperintahkan agar aku termasuk orang-orang yang berserah diri, yaitu orang-orang yang bertauhid, ikhlas dan tunduk kepada perintah-perintah-Nya serta taat kepada-Nya.

Dan supaya aku membacakan Al Quran (kepada manusia). Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk (kebaikan) dirinya, dan barangsiapa yang sesat maka katakanlah: "Sesungguhnya aku (ini) tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan."

Firman-Nya : Wa an atluwa lqur aana – Dan agar aku membacakan al-Qur-an, yaitu kepada manusia, dimana aku sampaikan hal itu kepada mereka. Aku seorang penyampai dan pemberi peringatan.
Famanihtadaa fainnamaa yahtadii linafsihi wa man dlolla faqul innamaaaa anaa mina lmundziriiiin – Maka barangsiapa yang mendapat petunjuk, maka sesungguhnya ia hanyalah mendapat petunjuk untuk dirinya. Dan barangsiapa yang sesat, maka katakanlah : Sesungguhnya aku ini tidak lain hanyalah salah seorang pemberi peringatan, yakni aku memiliki suri tauladan dengan para Rasul yang memberi peringatan kepada kaum mereka dan menegakkan kewajiban atas mereka dalam menunaikan risalah serta menyelesaikan tugas mereka.

Sedangkan perhitungan ummat-ummat mereka kembali kepada Allah Ta’ala, seperti firman Allah Ta’ala : S. Ar Ra’d (13) :  40.


Dan jika Kami perlihatkan kepadamu sebahagian (siksa) yang Kami ancamkan kepada mereka atau Kami wafatkan kamu (hal itu tidak penting bagimu) karena sesungguhnya tugasmu hanya menyampaikan saja, sedang Kami-lah yang menghisab amalan mereka.

1.         Ihfadz ‘alashounil qulubi minal ‘adab, fashola kuka ba’da takatsur ya’syur – peliharalah kesucian hati dari suatu penyakit, karena memperbaikinya setelah rusak adalah sulit. Jagalah kesucian hati kita dengan membaca Al Qur’an dan belajar memahami Al Qur’an, insya’ Allah maka kita akan disucikan hati kita oleh Allah, dilembutkan hati kita oleh Allah, sehingga kita akan lebih merasa tenang dan tentram dalam kehidupan kita.

2.         Idza arada antu tha’a fasal masta tha’a – jika ingin ditaati orang, perintahlah sekemampuannya. Maka kita bisa membaca apa sebenarnya yang disanggupi oleh dia, perintahlah apa yang disanggupi oleh dia, maka insya Allah kita akan ditaati oleh dia, maka sikap seperti ini hanya akan dimiliki dengan kelembutan hati, sifat lapang dada yang kita miliki, maka lembutkanlah hati kita dengan membaca Al Qur’an,

3.         Idza aradda anta’ riffa qadraka, ‘indahu fangjur, fii maadza yuqimuka – jika ingin tahu kedudukanmu di sisi–Nya, maka perhatikanlah kedudukan–Dia di hatimu, jika ingin tahu kedudukanmu di sisi Allah, perhatikanlah kedudukan Allah di hatimu, jika ingin tahu kedudukan kita di sisi Al Qur’an, maka perhatikan kedudukan Al Qur’an di hati kita.

Lima (5) kewajiban muslim terhadap al qur’an :
1.  Mengimani
2.  Membaca
3.  Memahami
4.  Mengamalkan
5.  Mendakwahkan

Membaca Al Qur’an :
1.    Dengan tartil
2.    Dengan khusu’
3.    Menharapkan rahmah Allah SWT
4.    Dengan Fasih
5.    Dengan suara yang bagus










Kenapa Anda sebagai warga Muslim diharuskan untuk belajar membaca Alquran?
Karena selain Alquran merupakan kitab suci umat Islam, Alquran juga membawa banyak sekali keutamaan bagi para pembacanya.
Keutamaan yang paling besar ialah bahwa ia adalah kalam Allah, yang pujian terhadapnya telah difirmankan Allah di beberapa ayat seperti berikut.

Al-An’am : 92
Dan ini (Al Quran) adalah kitab yang telah Kami turunkan yang diberkahi; membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya[492] dan agar kamu memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. Orang-orang yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al Quran) dan mereka selalu memelihara sembahyangnya. (Al-An’am: 92).

Wa hādzā kitābun (dan ini adalah kitab), yakni al-Quran.
Aηzalnāhu (yang telah Kami Turunkan), yakni Kami telah Menurunkan Jibril a.s. untuk membawanya.
Mubārakun (yang diberkahi), yakni di dalamnya terdapat ampunan dan rahmat bagi orang-orang yang mengimaninya.
Mushaddiqul ladzī baina yadaihi (yang membenarkan [kitab-kitab] yang ada sebelumnya), yakni yang sesuai dengan kitab Taurat, Injil, Zabur, dan semua kitab, menyangkut persoalan tauhid serta sifat dan gambaran Nabi Muhammad saw..
Wa li tuηdzira (dan agar kalian memberi peringatan), yakni agar kalian menakut-nakuti dengan al-Quran.
Ummal qurā (kepada Ummul Qura), yakni penduduk Mekah. Ada yang berpendapat, ummul qurā adalah dusun-dusun besar. Menurut satu pendapat, disebut Ummul Qura karena bumi terbentang di bawahnya.
Wa man haulahā (dan orang-orang yang ada di sekitarnya), yakni di seluruh negeri.
Wal ladzīna yu’minūna bil ākhirati (dan orang-orang yang beriman pada adanya akhirat), yakni adanya kebangkitan sesudah mati dan kenikmatan surga.
Yu’minūna bihī (tentulah beriman padanya), yakni kepada Muhammad saw. dan al-Quran.
Wa hum ‘alā shalātihim (dan mereka, terhadap shalatnya), yakni terhadap waktu-waktu shalat yang lima waktu.
Yuhāfizhūn (senantiasa memelihara).

Al-Isra’ : 9
Sesungguhnya Al Quran ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (Al-Isra’: 9).

Inna hādzāl qur-āna yahdī (sesungguhnya al-Quran ini memberi petunjuk), yakni menunjukkan.
Lil latī hiya aqwamu (pada yang lebih lurus), yakni pada yang lebih benar, yaitu kesaksian bahwa tiada tuhan selain Allah. Ada juga pendapat, menunjukkan pada yang lebih jelas.
Wa yubasy-syirul mu’minīna (dan memberikan berita gembira kepada kaum Mukminin) yang ikhlas dalam beriman.
Alladzīna ya‘malūnash shālihāti (yang mengerjakan amal-amal saleh), yakni amal yang berhubungan dengan Rabb mereka.
Anna lahum ajrang kabīrā (bahwa bagi mereka adalah ganjaran yang besar), yakni pahala yang besar dan berlimpah ruah di dalam surga.

Fushshilat: 41
Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari Al Quran ketika Al Quran itu datang kepada mereka, (mereka itu pasti akan celaka), dan sesungguhnya Al Quran itu adalah kitab yang mulia.
(Fushshilat: 41).

Innal ladzīna kafarū bidz dzikri (sesungguhnya orang-orang yang mengingkari peringatan), yakni al-Quran.
Lammā jā-ahum (ketika ia datang kepada mereka), yakni ketika Nabi Muhammad saw. datang membawa al-Quran kepada mereka — mereka adalah Abu Jahl dan kawan-kawannya, mereka akan mendapatkan neraka Jahannam di akhirat.
Wa innahū (dan sesungguhnya ia), yakni al-Quran.
La kitābun ‘azīz (benar-benar merupakan Kitab yang mulia), luhur dan terhormat.


Dari hadits Utsman bin Affan r.a., bahwa Nabi saw. bersabda,
Sebaik-baik orang di antara kalian adalah yang mempelajari Alquran dan mengajarkannya.” (HR Bukhari).

Cara belajar baca Alquran yang baik juga mendatangkan manfaat dan keutamaan bagi Anda, diantaranya adalah sebagai berikut:
Dari Anas r.a., dia berkata, Rasulullah saw. bersabda :
“Sesungguhnya Allah mempunyai dua ahli di antara manusia.”
Mereka bertanya, “Siapakah mereka itu wahai Rasulullah?”
Beliau menjawab, “Ahli Alquran adalah ahli (tentang) Allah orang-Nya yang khusus.” (HR An-Nasai, Ahmad, dan Ibnu Majah).
Dalam hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw. bersabda, Allah tidak mengazab hati yang memperhatikan Alquran.
Dari Ibnu Umar r.a., dari Nabi saw., beliau bersabda: “Dikatakan kepada orang yang berteman dengan Alquran, ‘Bacalah dan bacalah sekali lagi serta bacalah secara tartil, seperti yang engkau lakukan di dunia, karena manzilahmu (kedudukan) terletak di akhir ayat yang engkau baca.” (HR Tirmizi, Abu Daud, Ahmad, Al-Baghawi, Ibnu Hibban, dan Al-Hakim).

Dari Buraidah r.a., Nabi saw. bersabda: “Sesungguhnya Alquran bertemu temannya pada hari kiamat saat kuburnya dikuak dalam rupa orang laki-laki yang pucat. Dia (Alquran dalam rupa laki-laki pucat) bertanya, ‘Apakah engkau mengenalku ?’
Dia menjawab, ‘Aku tidak mengenalmu.’
Alquran berkata, ‘Aku adalah temanmu, Alquran, yang membuatmu kehausan pada siang hari yang panas dan membuatmu berjaga pada malam hari. Sesungguhnya setiap pedagang itu mengharapkan hasil perdagangannya, dan sesungguhnya pada hari ini aku adalah milikmu dari hasil seluruh perdagangan.’
Lalu dia memberikan hak milik orang itu dengan tangan kanan Alquran dan memberikan keabadian dengan tangan kirinya, sedangkan bapaknya (Alquran) mengenakan dua pakaian yang tidak kuat disangga dunia.
Kedua pakaian itu bertanya, ‘Karena apa kami engkau kenakan ?’
Ada yang menjawab, ‘Karena peranan anakmu Alquran.’
Kemudian dikatakan kepada orang itu, ‘Bacalah sambil naik ke tingkatan-tingkatan surga dan bilik-biliknya.’ Maka, dia naik sesuai dengan apa yang dibacanya, baik dibaca dengan cepat atau secara tartil.” (HR Ahmad dan Ad-Darimi).

Cara belajar baca Alquran tidak boleh sembarangan karena ada beberapa syarat dan cara baca yang akan berbeda artinya jika dilafalkan dengan cara yang berbeda atau salah. Hadist yang menunjukkan keutamaannya juga bisa dilihat dalam beberapa hadist berikut.

Ibnu Mas’ud r.a. berkata, “Orang yang membaca Alquran harus tahu waktu malamnya saat manusia tidur, waktu siangnya saat mereka makan, kedukaannya saat mereka bergembira, tangisnya saat mereka tertawa, diamnya saat mereka bersuara gaduh, dan khusunya saat mereka berhura-hura. Namun begitu, dia tidak boleh bersikap kasar, kaku, dan lupa diri.”

Al-Fudhail r.a. berkata, “Orang yang membawa (membaca) Alquran sama dengan orang yang membawa panji Islam. Dia tidak perlu bercanda dengan orang-orang yang suka bercanda, berkumpul dengan orang-orang yang suka bermain-main, sebagai bentuk pengagungan terhadap Allah.”

Al-Imam Ahmad bin Hambal rhm. berkata, “Aku pernah bermimpi bertemu Rabbul-Izzati dalam tidur. Aku bertanya kepada-Nya, ‘Ya, Rabi, apakah sesuatu yang bisa dipergunakan orang-orang untuk mendekatkan diri kepada-Mu?’
Dia menjawab, ‘Dengan kalam-Ku wahai Ahmad.’
Aku bertanya lagi, ‘Dengan disertai pemahaman ataukah tanpa disertai pemahaman?’
Dia menjawab, ‘Dengan pemahaman ataukah tanpa pemahaman’.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar