Senin, 18 Maret 2013

Ayat-ayat kematian



Kematian adalah sesuatu yang pasti akan datang kepada diri kita, dan akan memisahkan ruh dari jasadnya.
Ayat Al Quran tentang kematian semoga menjadi pengingat kita untuk segera berbekal diri dengan ikhlas beramal shaleh untuk menyambut perjalanan yang panjang di akhirat.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
(QS. Al Baqarah (2): 28)
Bukti-bukti kekuasaan Tuhan






Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Kaifa takfurūna billāhi (bagaimana kalian bisa kufur kepada Allah).
Kalimat ini menunjukkan ungkapan keheranan.
Wa kuηtum amwātā (padahal dulunya kalian mati), yakni berupa sperma yang ada di dalam tulang rusuk bapak-bapak kalian.
Fa ahyākum (lalu Dia Menghidupkan kalian) di dalam rahim ibu kalian.
Tsumma yumītukum (kemudian Dia Mematikan kalian) ketika batas waktu telah berakhir.
Tsumma yuhyīkum (kemudian Dia Menghidupkan lagi kalian) untuk kebangkitan.
Tsumma ilaihi turja‘ūn (kemudian hanya kepada-Nya kalian akan dikembalikan) di akhirat seraya Membalas amal-amal kalian.
Selanjutnya Allah Ta‘ala Menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia Anugerahkan kepada mereka.
(QS. Al Baqarah : 161)

Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la`nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.

Innal ladzīna kafarū wa mātū wa hum kuffārun (sesungguhnya orang-orang kafir serta mereka mati dalam keadaan kafir) kepada Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya.
Ulā-ika ‘alaihim la‘natullāhi (mereka itu mendapat Laknat Allah), yakni Azab Allah Ta‘ala.
Wal malā-ikati (dan para malaikat), yakni laknat para malaikat.
Wan nāsi ajma‘īn (dan seluruh manusia). Termasuk kaum Mukminin yang saling melaknat, maka laknat mereka akan menimpa orang-orang kafir.

(QS. Ali Imron : 102)

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Ya ayyuhal ladzīna āmanuttaqullāha (wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian bertakwa kepada Allah), yakni hendaklah kalian taat kepada Allah Ta‘ala.
Haqqa tuqātihī (dengan sebenar-benar takwa kepada-Nya), yakni sebenar-benar takwa kepada Allah Ta‘ala dengan jalan taat kepada-Nya dan tidak durhaka kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya dan tidak kufur kepada-Nya, ingat kepada-Nya dan tidak lupa kepada-Nya. Menurut pendapat yang lain, yakni hendaklah kalian taat kepada Allah Ta‘ala sebagaimana sudah semestinya.
Wa lā tamūtunna illā wa aηtum muslimūn (dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan beragama Islam), disertai ibadah dan tauhid yang ikhlas (kepada-Nya).
(QS. Ali Imron : 185)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.

Kullu nafsin (setiap yang berjiwa), yakni yang dilahirkan.
Dzā-iqatul maut, wa innamā tuwaffauna ujūrakum (akan merasakan mati. Dan sesungguhnya akan disempurnakan pahala kalian), yakni pahala amal kalian.
Yaumal qiyāmah, fa maη zuhziha (pada hari kiamat. Barangsiapa yang dijauhkan), yakni orang yang dipisahkan, disingkirkan, dan dijauhkan.
‘Anin nāri (dari neraka) lantaran bertauhid dan beramal saleh.
Wa udkhilal jannata fa qad fāz (dan dimasukkan ke dalam surga, maka ia benar-benar telah beruntung) meraih surga dengan segala kenikmatannya, serta selamat pula dari neraka dan segala penderitaannya.
Wa mal hayātud dun-yā (dan kehidupan dunia itu tiada lain), yakni kenikmatan dunia itu tiada lain ….
Illā matā‘ul ghurūr (hanyalah kesenangan yang memperdaya), yakni layaknya masa pakai perabotan rumah tangga, seperti: tembikar, botol, dan lain-lain. Kemudian Allah Ta‘ala Menuturkan perbuatan orang-orang kafir yang menyakiti Nabi Muhammad saw. dan para shahabatnya.
(QS. Al Nisaa : 78)


Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: "Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah: "Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan [320]sedikitpun?
[319]. Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320]. Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.

Aina mā takūnū (di mana pun kalian berada), wahai segenap kaum Muk-minin yang ikhlas ataupun kaum munafik, baik di daratan maupun di lautan, di perjalanan ataupun di tempat sendiri.
Yud-rikkumul mautu (maut akan menemukan kalian), lalu kalian pun akan mati.
Wa lau kuηtum fī burūjim musyayyadah (meskipun kalian berada di dalam benteng yang tinggi lagi kukuh) atau berada di dalam istana-istana yang dijaga ketat. Selanjutnya Allah Ta‘ala Mengungkapkan perkataan kaum Yahudi dan orang-orang munafik yang menyatakan, “Semenjak kedatangan Muhammad saw. dan shahabat-shahabatnya, kami senantiasa mengalami kekurangan buah-buahan dan hasil pertanian.”
Wa iη tushibhum (dan jika mereka memperoleh), yakni kaum munafik dan orang-orang Yahudi.
Hasanatun (kebaikan), yakni kurma-kurma berbuah lebat, turunnya harga, dan tahun-tahun yang penuh kesuburan.
Yaqūlū hādzihī min ‘iηdillāhi (mereka mengatakan, “Ini adalah dari sisi Allah”) karena Dia Tahu bahwa kita memiliki keutamaan.
Wa iη tushibhum sayyi-atun (tetapi jika mereka ditimpa keburukan), yakni musim paceklik, kekeringan, bencana, dan kenaikan harga.
Yaqūlū hādzihī min ‘iηdik (mereka mengatakan, “Ini adalah gara-gara kamu [Muhammad]”), yakni karena kesialan yang dibawa Muhammad saw. dan shahabat-shahabatnya.
Qul (katakanlah), hai Muhammad kepada kaum munafik dan orang-orang Yahudi!
Kullun (“Semua), baik bencana maupun kenikmatan.
Min ‘iηdillāh, fa māli hā-ulā-il qaumi ([datang] dari sisi Allah.” Maka mengapa orang-orang itu), yakni kaum munafik dan orang-orang Yahudi.
Lā yakādūna yafqahūna hadītsā (hampir-hampir tidak bisa memahami pembicaraan), yakni ucapan yang menegaskan bahwa kenikmatan dan kesulitan datang dari Allah Ta‘ala. Kemudian Dia Menerangkan, mengapa kenikmatan dan kesulitan itu bisa menimpa mereka.

(QS. Al Jumu'ah : 8)

Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".

Qul (katakanlah) hai Muhammad!
Innal mautal ladzīna tafirrūna minhu (sesungguhnya kematian yang kalian lari darinya itu), yakni yang tidak kalian sukai.
Fa innahū mulāqīkum (pasti akan menjemput kalian), yakni pasti akan menimpa kalian.
Tsumma turaddūna (kemudian kalian akan dikembalikan) di akhirat.
Ilā ‘ālimil ghaibi (kepada [Allah] Yang Maha Mengetahui yang gaib), yakni (mengetahui) segala sesuatu yang tersembunyi dari hamba dan segala sesuatu yang akan terjadi.
Wasy syahādati (dan yang nyata), yakni segala sesuatu yang diketahui oleh hamba dan segala sesuatu yang telah terjadi.
Fa yunabbi-ukum (lalu Dia akan Memberitahukan kepada kalian), yakni akan Mengabarkan kepada kalian.
Bimā kuηtum ta‘malūn (segala apa yang dahulu kalian perbuat), yakni semua kebaikan dan keburukan yang dahulu kalian perbuat dan kalian katakan.
(QS. Yunus : 49)

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal
[696]. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).
[696] Yang dimaksud dengan ajal ialah, masa keruntuhannya.

Qul (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!
Lā amliku li nafsī dlarran (“Aku tidak berkuasa [mendatangkan] kemudaratan terhadap diriku), yakni aku tidak berkuasa menepis kemudaratan.
Wa lā naf‘an (dan tidak [pula] kemanfaatan”), yakni dan tidak berkuasa pula mendatangkan kemanfaatan.
Illā mā syā-allāh (kecuali apa yang Dikehendaki Allah), yakni kecuali kemanfaatan dan kemudaratan yang Dikehendaki Allah Ta‘ala.
Li kulli ummatin (setiap umat mempunyai), yakni setiap pemeluk agama.
Ajalun (ajal), yakni waktu dan kesempatan.
Idzā jā-a ajaluhum (apabila ajal mereka telah tiba), yakni saat kematiannya.
Fa lā yasta’khirūna sā‘atan (maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun) sesudah ajal itu tiba.
Wa lā yastaqdimūn (dan tidak pula dapat memajukannya) sebelum ajal itu tiba.
(QS. Al Anbiyaa' : 35)

Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.

Kullu nafsin (setiap orang) yang bernyawa.
Dzā-iqatul maut, wa nablūkum bisy syarri wal khairi (akan merasakan mati. Dan Kami akan Menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan), yakni dengan kesulitan dan kelapangan.
Fitnah (sebagai cobaan), yakni keburukan dan kebaikan itu merupakan ujian dari Allah Ta‘ala.
Wa ilainā turja‘ūn (dan hanya kepada Kami-lah, kalian akan dikembalikan) sesudah mati, kemudian Kami akan Membalas amal-amal kalian.
(QS. Luqman : 34)


Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui (dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

Innallāha ‘iηdahū ‘ilmus sā‘ati (sesungguhnya Allah, pada sisi-Nya-lah pengetahuan tentang kiamat), yakni pengetahuan tentang kapan terjadinya kiamat. Dan hal ini tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa yunazzilul ghaitsa (dan Dia Menurunkan hujan), yakni Dia Mengetahui turunnya hujan. Hal ini pun tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa ya‘lamu mā fil arhām (dan mengetahui apa yang ada di dalam rahim), apakah anak laki-laki ataukah anak perempuan; apakah sempurna (sembilan bulan) ataukah prematur; apakah akan celaka atau bahagia. Hal-hal itu pun tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa mā tadrī nafsum mādzā taksibu ghadā (dan tidaklah seseorang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok), yakni kebaikan dan keburukan yang akan dilakukannya besok. Hal ini pun tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa mā tadrī nafsum bi ayyi ardliη tamūt (dan tidak juga seseorang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati), yakni di tempat mana ia akan dimakamkan. Hal ini pun tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Innallāha ‘alīmun (sesungguhnya Allah Maha Mengetahui) semua Makhluk-Nya.
Khabīr (lagi Maha Mengenal) perbuatan semua Makhluk-Nya, dan juga Maha Mengenal keuntungan dan kerugian yang dialami mereka.
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar