Keadaan Surga ; S Ar rahman (55): 54; S Al Waqi’ah(56) 32 –
33
Macam-macam surga dan calon penghuninya
Bismillaahirrahmaanirrahiim
1.
Jannatul / Surga
Firdaus
Surga Firdaus ini diciptakan oleh Allah Swt. dari emas.
Surga Firdaus ini diciptakan oleh Allah Swt. dari emas.
Calon penghuninya, dijelaskan dalam
surat Al-Mukminuun berikut ini.
(Q.S. Al-Mukminuun [23] : 1 – 11)
Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang Mukmin.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang
beriman
Qad aflahal mu’minūn (sesungguhnya beruntunglah orang-orang Mukmin),
yakni sungguh sukses, selamat, dan berbahagialah orang-orang yang bertauhid dengan mengesakan Allah Ta‘ala. Mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi surga, sedangkan orang-orang kafir tidak. Menurut yang lain, sungguh sukses dan selamatlah orang-orang Mukmin yang benar dalam keimanannya. Lafazh al-falāh (keberuntungan) menyiratkan dua hal, yakni: keselamatan dan kelanggengan.
yakni sungguh sukses, selamat, dan berbahagialah orang-orang yang bertauhid dengan mengesakan Allah Ta‘ala. Mereka adalah orang-orang yang akan mewarisi surga, sedangkan orang-orang kafir tidak. Menurut yang lain, sungguh sukses dan selamatlah orang-orang Mukmin yang benar dalam keimanannya. Lafazh al-falāh (keberuntungan) menyiratkan dua hal, yakni: keselamatan dan kelanggengan.
Selanjutnya Allah Ta‘ala Menerangkan
sifat orang-orang Mukmin yang beruntung itu dengan Firman-Nya:
(yaitu) orang-orang yang khusyuk
dalam shalatnya
Alladzīna hum fī shalātihim khāsyi‘ūn ([yaitu]
orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya), yakni orang-orang yang merendahkan
diri, tawaduk, tidak melirik ke kanan dan kiri, dan tidak pula meninggikan
tangan mereka (mengangkat kedua sikut) dalam shalat.
Asbabun Nuzul ayat 1 –
2
Imam Al Hakim meriwayatkan dari Abu Hurairah
bahwasanya dulu Rasulullah saw.setiap kali shalat selalu mengangkat
pandangannya ke langit. Kemudian ayat ini pun turun. Ibnu Mardawaih
meriwayatkan, “Beliau menoleh ke langit setiap kali shalat.”
(Lubaabun
Nuquul: 137).
dan orang-orang yang menjauhkan diri
dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna
Wal ladzīna hum ‘anil laghwi mu‘ridlūn (dan orang-orang yang menjauhkan
diri dari hal-hal yang tidak berguna), yakni orang-orang yang meninggalkan
kebatilan dan sumpah yang tak perlu.
dan orang-orang yang menunaikan
zakat
Wal ladzīna hum liz zakāti fā‘ilūn (dan orang-orang yang menunaikan
zakat), yakni menunaikan zakat harta mereka.
dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya
Wal ladzīna hum li furūjihim hāfizhūn (dan orang-orang yang menjaga
kemaluannya), yakni menjaga kemaluannya dari hal-hal yang haram.
kecuali terhadap istri-istri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada
tercela
Illā ‘alā azwājihim (kecuali terhadap istri-istri mereka), yakni empat
orang istri.
Au mā malakat aimānuhum (atau [budak-budak] yang mereka
miliki), dalam jumlah yang tidak terbatas.
Fa innahum ghairu malūmīn (maka sesungguhnya mereka itu tiada
tercela), yakni halal.
[994]. Maksudnya: budak-budak
belian yang didapat dalam peperangan dengan orang kafir, bukan budak belian
yang didapat di luar peperangan. Dalam peperangan dengan orang-orang kafir itu,
wanita-wanita yang ditawan biasanya dibagi-bagikan kepada kaum Muslimin yang
ikut dalam peperangan itu, dan kebiasan ini bukanlah suatu yang diwajibkan.
Imam boleh melarang kebiasaan ini lihat selanjutnya no. [282]
Barangsiapa mencari yang di balik
itu maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas
Fa manibtaghā warā-a dzālika (barangsiapa mencari di balik itu),
yakni barangsiapa mencari cara selain cara yang halal.
Fa ulā-ika humul ‘ādūn (maka mereka itulah orang-orang
yang melampaui batas), yakni orang-orang yang melanggar halal dan mengerjakan
yang haram.
[995]. Maksudnya: zina,
homoseksual, dan sebagainya
Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya
Wal ladzīna hum li amānātihim (dan orang-orang yang terhadap
amanat-amanat), yakni terhadap perkara-perkara yang diamanatkan kepada mereka,
seperti shaum, wudu, mandi janabat, titipan, dan sebagainya.
Wa ‘ahdihim (dan janjinya), baik terhadap Allah Ta‘ala maupun
terhadap sesama manusia.
Rā‘ūn (memelihara), yakni menjaganya dengan cara
menunaikannya.
dan orang-orang yang senantiasa
memelihara shalatnya.
Wal ladzīna hum ‘alā shalawātihim yuhāfizhūn (dan orang-orang yang senantiasa
memelihara shalatnya), yakni senantiasa menunaikan shalat pada waktunya.
Mereka itulah orang-orang yang akan
mewarisi
Ulā-ika (mereka itulah), yakni si pemilik sifat-sifat
tersebut.
Humul wāritsūn (orang-orang yang akan mewarisi), yakni orang-orang
yang akan menghuni.
(yakni) yang akan mewarisi surga
Firdaus. Mereka kekal di dalamnya.”
Alladzīna yaritsūna ([yaitu] orang-orang yang akan mewarisi), yakni yang
akan menghuni.
Al-firdausa (surga Firdaus), yakni istana-istana ar-Rahman. Dalam
bahasa Romawi, Firdaus
berarti taman.
Hum fīhā khālidūn (mereka langgeng di dalamnya), yakni mereka kekal di
dalam surga, tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah dikeluarkan darinya.
2.
Jannatun / Surga ‘Adn
Surga ‘Adn ini diciptakan oleh Allah
Swt. dari intan
putih.
Calon penghuni Surga ‘Adn antara
lain:
1. (Q.S. Ar Ra’d [13] : 22
– 24)
Orang yang sabar, menginfakkan hartanya dan membalas kejahatan dengan
kebaikan.
“Dan orang-orang yang sabar karena
mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki
yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta
menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat
kesudahan (yang baik).
Wal ladzīna shabarū (dan orang-orang yang bersabar) dalam menjalankan
Perintah Allah Ta‘ala.
Ibtighā-a wajhi rabbihim (karena mengharapkan Wajah Rabb
mereka), yakni mencari Keridaan Rabb mereka.
Wa aqāmush shalāta (mendirikan shalat), yakni menyempurnakan shalat lima
waktu.
Wa aηfaqū mimmā razaqnāhum (dan menafkahkan sebagian rezeki
yang telah Kami Berikan kepada mereka), yakni menyedekahkan sebagian Pemberian
Kami.
Sirran (secara diam-diam), yakni (hanya) mereka dan Rabb
mereka saja (yang tahu).
Wa ‘alāniyatan (dan terang-terangan), yakni (diketahui) oleh dirinya
dan orang lain.
Wa yadra-ūna bil hasanatis sayyi-ata (serta menolak keburukan dengan
kebaikan), yakni membalas ucapan buruk yang ditujukan kepada mereka dengan
ucapan baik.
Ulā-ika (mereka itulah), yakni pemilik sifat sebagaimana yang
telah dikemukakan mulai dari ayat, … innamā yatadzakkaru ulul albāb (Q.S. 13 ar-Ra‘d :
19) sampai ayat ini.
Lahum ‘uqbad dār (akan meraih kesudahan yang baik), yaitu surga.
Selanjutnya Allah Ta‘ala Menerangkan surga-surga untuk mereka. Dia Berfirman:
(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk
ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya,
isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke
tempat-tempat mereka dari semua pintu.”
Jannātu ‘adnin ([yaitu] surga ‘Adn), yakni istana dari Yang Maha
Pengasih yang disediakan bagi para nabi, shiddiqin, syuhada, dan shalihin.
Yad-khulūnahā wa maη shalaha (yang akan mereka masuki
bersama-sama orang-orang yang saleh), yakni orang-orang yang bertauhid.
Min ābā-ihim (di antara bapak-bapak mereka), yakni bapak-bapak
mereka juga akan memasuki surga ‘Adn.
Wa azwājihim (istri-istri mereka), yakni istri-istri mereka yang
bertauhid juga akan memasukinya.
Wa dzurriyyātihim (dan keturunan mereka), yakni keturunan mereka yang
bertauhid juga akan memasuki surga ‘Adn.
Wal malā-ikatu yadkhulūna ‘alaihim ming kulli bāb (sedangkan para malaikat akan masuk
ke tempat-tempat mereka dari tiap-tiap pintu), yakni masing-masing akan
mendapatkan sebuah kemah yang terbuat dari mutiara yang berlubang. Kemah itu
memiliki empat ribu pintu. Setiap pintu mempunyai sebuah daun pintu yang akan
dimasuki oleh malaikat. Para malaikat itu akan mengucapkan:
Salāmun ‘alaikum bi mā shabartum (salāmun ‘alaikum bimā shabartum . [keselamatan atas kalian karena kesabaran kalian]), yakni surga ini dianugerahkan kepada kalian berkat kesabaran kalian dalam menjalankan Perintah Allah Ta‘ala.
Fa ni‘ma ‘uqbad dār (maka alangkah baik tempat kesudahan itu), yakni alangkah baiknya surga
yang dianugerahkan kepada kalian.
2. (Q.S. An-Nahl [16] : 31
– 32)
Orang yang bertakwa kepada Allah Swt.
“(Yaitu) surga Adn yang mereka masuk
ke dalamnya, mengalir di bawahnya sungai-sungai, di dalam surga itu mereka
mendapat segala apa yang mereka kehendaki. Demikianlah Allah memberi balasan kepada
orang-orang yang bertakwa.
Jannātu ‘adnin ([yaitu] surga ‘Adn), yakni istana megah milik Yang
Maha Pengasih.
Yadkhulūnahā (yang akan mereka masuki) pada hari kiamat.
Tajrī miη tahtihā (yang mengalir di bawahnya), yakni di bawah pepohonan
dan tempat-tempat tinggalnya.
Al-anhāru (sungai-sungai), yaitu sungai madu, sungai susu,
sungai khamar, dan sungai air.
Lahum fīhā (di dalamnya mereka memperoleh), yakni di dalam surga
itu.
Mā yasyā-ūn (apa saja yang mereka kehendaki), yakni apa saja yang
mereka inginkan dan mereka angankan.
Kadzālika (begitulah), yakni seperti itulah.
Yajzillāhul muttaqīn (Allah Memberikan balasan kepada orang-orang yang
bertakwa), yakni orang-orang yang menjauhi kekufuran, kemusyrikan, dan
perbuatan-perbuatan buruk.
(Yaitu) orang-orang yang diwafatkan
dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka),
‘Salaamun`alaikum, masuklah kamu ke dalam surga itu disebabkan apa yang telah
kamu kerjakan.’”
Alladzīna tatawaffāhumul malā-ikatu ([yaitu] orang-orang yang
diwafatkan oleh para malaikat), yakni rohnya dicabut oleh malaikat.
Thayyibīna (dalam keadaan baik), yakni bersih dari perbuatan
syirik.
Yaqūlūna salāmun ‘alaikum (dengan mengatakan, “Salāmun
‘alaikum [semoga keselamatan dilimpahkan kepada kalian]), yakni keselamatan
dari Allah Ta‘ala.
Udkhulul jannata (masuklah kalian ke dalam surga) lantaran keimanan
kalian, dan silakan mengambil bagian di dalam surga.
Bimā kuηtum ta‘malūn (karena apa yang dahulu kalian lakukan”), yakni
sebagai akibat dari berbagai kebaikan yang dahulu kalian lakukan dan kalian
katakan ketika di dunia.
[822]. Maksudnya: wafat dalam
keadaan suci dari kekafiran dan kemaksiatan atau dapat juga berarti mereka mati
dalam
keadaan
senang karena ada berita gembira dari malaikat bahwa mereka akan masuk syurga.
[823]. Artinya selamat sejahtera bagimu.
[823]. Artinya selamat sejahtera bagimu.
Inti sari ayat 32:
Keadaan Kematian Khusnul Khatimah
Ketika orang-orang beriman akan meninggalkan dunia,
malaikat mendatanginya sambil menyampaikan kabar gembira “Kesejahteraan atas
kalian. Bersiaplah kalian untuk memasuki surga atas apa yang telah kalian
perbuat”. Demikianlah keadaan orang-orang yang mati dalam keadaan husnul khatimah.
3. (Q.S. Thaahaa [20] : 75 – 76)
Orang yang benar-benar beriman dan beramal saleh.
“Dan barangsiapa datang kepada
Tuhannya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal saleh,
mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia).
Wa may ya’tihī (dan barangsiapa menghadap Rabb-nya) pada hari
kiamat.
Mu’minan (sebagai seorang Mukmin) yang benar dalam keimanannya.
Qad ‘amilash shālihāti (yang sungguh-sungguh telah
mengerjakan amal-amal saleh), yakni berbagai kebajikan yang berhubungan dengan
Rabb-nya.
Fa ulā-ika lahumud darajātul ‘ulā (maka mereka itulah orang-orang
yang meraih derajat-derajat tinggi), yakni derajat yang luhur di dalam
surga-surga. Lalu Allah Ta‘ala Menjelaskan surga-surga yang diperuntukkan bagi
mereka. Dia Berfirman:
(Yaitu) surga Adn yang mengalir
sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya. Dan itu adalah balasan
bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kemaksiatan).”
Jannātu ‘adnin (yaitu surga-surga ‘Adn) yang merupakan Dārur rahmān
yang Dia Ciptakan dengan tangan dan Kekuatan-Nya dan terletak di tengah-tengah
surga. Dan di sekitar surga-surga itu.
Tajrī miη tahtihā (yang mengalir dari bawahnya), yakni dari bawah
pepohonan dan tempat-tempat tinggalnya.
Al-anhāru (sungai-sungai), yaitu sungai madu, sungai susu,
sungai air, dan sungai khamar.
Khālidīnā fīhā (mereka kekal di dalamnya), yakni mereka langgeng di
dalam surga itu, tidak akan pernah mati dan tidak akan pernah dikeluarkan dari
dalamnya.
Wa dzālika (dan itulah), yakni surga-surga dan kelanggengan
itulah.
Jazā-u maη tazakkā (balasan bagi orang-orang yang suci), yakni pahala
bagi orang-orang yang bertauhid dan berbuat baik.
“Surga itu mempunyai seratus tingkatan, yang setiap
tingkatan mempunyai jarak seperti antara langit dan bumi, dan Firdaus adalah
tingkatan yang paling tinggi. Darinya keluar sungai-sungai yang empat, sedangkan
‘Arsy berada di atasnya. Oleh karena itu, jika kalian meminta kepada Allah,
maka mintalah Firdaus kepada-Nya.” (HR. At-Tirmidzi).
Di dalam kitab ash-shahihain disebutkan :
“sesungguhnya penghuni Surga yang berada di ‘Illiyyin
bisa melihat orang-orang yang berada di
atasnya, sebagainama kalian bisa melihat bintang-bintang tenggelam di ufuk
langit karena adanya perbedaan keutamaan di antara mereka.” Para sahabat bertanya:
“Ya Rasulallah, apakah itu tempat para Nabi ?” Beliau menjawab: “Betul, demi
Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, (tapi juga untuk) orang-orang yang
beriman dan yang membenarkan para Rasul.”
Di dalam kitab sunan disebutkan,
bahwa Abu Bakar dan ‘Umar termasuk dari
kalangan mereka.
4. (Q.S. Fathir [35] : 32
– 33)
Orang yang banyak berbuat baik.
“Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara
mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar.
Tsumma (kemudian) sesudah Kami Menurunkan Jibril dengan
membawa al-Quran kepada Nabi Muhammad.
Auratsnal kitāba (Kami Mewariskan al-Kitab itu), yakni memuliakan
dengan hapalan al-Quran, tulisannya, dan bacaannya.
Alladzīnash-thafainā min ‘ibādinā (kepada orang-orang yang telah Kami
Pilih di antara Hamba-hamba Kami) berdasarkan keimanan. Mereka adalah umat Nabi
Muhammad saw..
Fa minhum zhālimul li nafsihī (maka di antara mereka ada yang
menzalimi dirinya sendiri) dengan melakukan dosa-dosa besar. Mereka tidak akan
selamat kecuali mendapat syafaat dan ampunan.
Wa minhum muqtashidun (dan di antara mereka ada yang
pertengahan), yakni orang-orang yang antara kebaikan dan keburukannya sama.
Wa minhum sābiqun (dan di antara mereka ada pula yang lebih dahulu),
yakni yang sampai.
Bil khairāti (pada kebaikan) di dunia dan mendekat ke surga ‘Adn
di akhirat.
Bi idznillāh (dengan Izin Allah), yakni dengan Taufik Allah Ta‘ala
dan kemuliaan dari-Nya.
Dzālika (hal itu), yakni memilih dan mendahulukan itu.
Huwal fadllul kabīr (adalah karunia yang besar), yakni anugerah yang
besar dari Allah Ta‘ala kepada mereka.
[1260]. Yang dimaksud dengan orang
yang menganiaya dirinya sendiri ialah orang yang lebih banyak kesalahannya
daripada kebaikannya, dan pertengahan ialah orang-orang yang kebaikannya
berbanding dengan kesalahannya, sedang yang dimaksud dengan orang-orang yang
lebih dahulu dalam berbuat kebaikan ialah orang-orang yang kebaikannya amat
banyak dan amat jarang berbuat kesalahan.
Kemudian Allah Ta‘ala Menjelaskan
tempat kediaman mereka. Dia Berfirman:
(Bagi mereka) surga Adn, mereka
masuk ke dalamnya, di dalamnya mereka diberi perhiasan dengan gelang-gelang
dari emas, dan dengan mutiara, dan pakaian mereka di dalamnya adalah sutera.”
Jannātu ‘adnin (surga-surga ‘Adn), yakni istana yang penuh rahmat
sebagai tempat tinggalnya, dan di sekitarnya ada taman-taman.
Yadkhulūnahā yuhallauna fīhā (yang akan mereka masuki; di
dalamnya mereka diberi perhiasan), yakni di dalam surga mereka memakai ….
Min asāwira miη dzahabiw wa lu’lu-an (gelang-gelang dari emas dan
mutiara). Ini merupakan perhiasan kaum perempuan, sedangkan perhiasan kaum
lelaki terbuat dari emas. Wa libāsuhum fīhā (dan pakaian mereka di
dalamnya), yakni di dalam surga.
Harīr (adalah sutra).
3. Jannatun / Surga Na’im
Surga Na’im diciptakan oleh Allah Swt. dari perak putih.
Surga Na’im diciptakan oleh Allah Swt. dari perak putih.
Calon penghuninya adalah orang-orang
yang benar-benar bertakwa dan beramal saleh.
Sebagaimana firman Allah Swt.
berikut ini.
1. (Q.S. Al-Qalam [68] :
34)
“Sesungguhnya bagi orang-orang yang
bertakwa (disediakan) surga-surga yang penuh kenikmatan di sisi Tuhannya.”
Inna lil muttaqīna (sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa), yakni bagi orang-orang yang menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji.
Inna lil muttaqīna (sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa), yakni bagi orang-orang yang menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji.
‘Iηda rabbihim (di sisi Rabb mereka) di akhirat.
Jannātin na‘īm (adalah surga-surga yang penuh dengan kenikmatan)
yang langgeng dan tak akan sirna
2. (Q.S. Luqman [31] : 8)
“Sesungguhnya orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal saleh, bagi mereka surga-surga yang penuh
kenikmatan”
Innal ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhamamd saw. dan al-Quran.
Innal ladzīna āmanū (sesungguhnya orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhamamd saw. dan al-Quran.
Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh),
yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang berhubungan dengan Rabb mereka.
Lahum jannātun na‘īm (bagi mereka adalah surga-surga yang penuh
kenikmatan), yang kenikmatannya tak akan sirna.
3. (Q.S. Al-Hajj [22] :
56)
“Kekuasaan di hari itu ada pada
Allah, Dia memberi keputusan di antara mereka. Maka orang-orang yang beriman
dan beramal saleh adalah di dalam surga yang penuh kenikmatan.”
Al-mulku (kekuasaan), yakni keputusan.
Yauma-idzin (pada hari itu), yakni pada hari kiamat.
Lillāh, yahkumu bainahum (adalah Kepunyaan Allah. Dia akan
Membuat keputusan di antara mereka), yakni Dia akan Memutuskan di antara kaum
Mukminin dan kaum kafirin.
Fal ladzīna āmanū (maka orang-orang yang beriman) kepada Nabi Muhammad
saw. dan al-Quran.
Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh),
yakni mengerjakan berbagai ketaatan yang berhubungan dengan Rabb-nya.
Fī jannātin na‘īm (berada di dalam surga yang penuh dengan kenikmatan)
seraya dimuliakan dengan berbagai pemberian.
4. Jannatul / Surga Ma’wa
Surga Ma’wa diciptakan oleh Allah Swt dari zamrud hijau.
Surga Ma’wa diciptakan oleh Allah Swt dari zamrud hijau.
Calon penghuninya adalah :
1. (Q.S. As-Sajdah [32] :
19)
Orang-orang yang benar-benar beriman dan beramal saleh.
“Adapun orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal saleh, maka bagi mereka surga-surga tempat kediaman,
sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan.”
Ammal ladzīna āmanū (adapun orang-orang yang beriman) kepada Nabi
Muhammad saw. dan al-Quran.
Wa ‘amilush shālihāti (dan mengerjakan amal-amal saleh),
yakni berbagai kebajikan yang berhubungan dengan Rabb mereka.
Fa lahum jannātul ma‘wā nuzulan (maka bagi mereka adalah
surga-surga tempat kediaman, sebagai pahala), yakni sebagai tempat tinggal dan
pahala bagi mereka di akhirat.
Bimā kānū ya‘malūn (atas apa yang dahulu selalu mereka kerjakan), yakni
berbagai kebajikan yang selalu mereka kerjakan ketika di dunia.
2.
(Q.S. An-Naazi‘aat [79]: 40 – 41)
Orang-orang yang takut pada kebesaran Allah Swt. dan menahan diri dari hawa
nafsu buruk.
“Dan adapun orang-orang yang takut
kepada kebesaran Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya.
Wa ammā man khāfa (dan barangsiapa takut), manakala berbuat maksiat.
Maqāma rabbihī (akan Keagungan Rabb-nya), yakni kedudukan ia di
hadapan Rabb-nya seraya menghentikan kemaksiatannya.
Wa nahan nafsa ‘anil hawā (serta menahan diri dari hawa
nafsu), yakni dari keharaman yang sangat diinginkannya. Dia adalah Mush‘ab bin
‘Umair.
Maka sesungguhnya surga tempat
tinggal(nya).”
Fa innal jannata hiyal ma’wā (maka pastilah surga merupakan tempat kembalinya), yakni tempat kembali orang-orang seperti itu.
Fa innal jannata hiyal ma’wā (maka pastilah surga merupakan tempat kembalinya), yakni tempat kembali orang-orang seperti itu.
5. Jannatud / Surga Darussalam
Surga Darussalam diciptakan oleh Allah Swt dari yakut merah.
Surga Darussalam diciptakan oleh Allah Swt dari yakut merah.
Calon penghuninya adalah orang-orang yang kuat iman dan Islamnya,
mengamalkannya ayat-ayat Al-Quran dalam kehidupan sehari-hari, serta
mengerjakan amal saleh lainnya karena
Allah Swt.
Firman-Nya,
(Q.S. Al-An’aam [6] : 127)
“Bagi mereka (disediakan) darussalam
(surga) pada sisi Tuhannya dan Dialah Pelindung mereka disebabkan amal-amal
saleh yang selalu mereka kerjakan
Lahum (bagi mereka), yakni bagi orang-orang yang beriman.
Lahum (bagi mereka), yakni bagi orang-orang yang beriman.
Dārus salāmi ‘iηda rabbihim (ialah Darus Salam pada sisi Rabb
mereka). As-Salām (Maha Pemberi Keselamatan) adalah Allah, sedangkan surga
adalah Darus Salam (negeri keselamatan).
Wa huwa waliyyuhum (dan Dia adalah Pelindung dan Penolong mereka) yang
akan memberikan pahala dan kemuliaan.
Bimā kānū ya‘malūn (lantaran apa-apa yang senantiasa mereka perbuat),
yakni atas kebaikan-kebaikan yang mereka lakukan ketika di dunia.
6. Jannatud / Surga Darul Muqamah
Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah Swt. dari permata putih.
Surga Darul Muqamah diciptakan oleh Allah Swt. dari permata putih.
Calon penghuninya adalah orang-orang
yang melakukan banyak kebaikan.
Firman-Nya,
(Q.S. Faathir [35] : 34-35)
(Q.S. Faathir [35] : 34-35)
“Dan mereka berkata, ‘Segala puji bagi Allah
yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami
benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri.
Wa qālu (dan mereka berkata), yakni penghuni surga berkata di
dalam surga.
Al-hamdu lillāhi (“Segala puji bagi Allah), yakni segala syukur dan
karunia Kepunyaan Allah Ta‘ala.
Alladzī adzhaba ‘annāl hazan (yang telah menghilangkan dukacita
dari kami), yakni dukacita kematian, kebinasaan, dan kengerian-kengerian pada
hari kiamat.
Inna rabbanā la ghafūrun (sesungguhnya Rabb kami benar-benar
Maha Pengampun) atas dosa-dosa yang besar.
Syakūr (lagi Maha Mensyukuri”) amal-amal yang tak seberapa.
Yang menempatkan kami dalam tempat
yang kekal (surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan
tiada pula merasa lesu.’”
Alladzī ahallanā (yang telah menempatkan kami), yakni yang telah memberi kami tempat.
Alladzī ahallanā (yang telah menempatkan kami), yakni yang telah memberi kami tempat.
Dāral muqāmati (di negeri yang kekal), yakni surga.
Miη fadllihī (dari Karunia-Nya), yakni berkat Karunia-Nya. Tidak
ada penuaan di dalamnya.
Lā yamassunā (kami tiada terkena), yakni tidak tertimpa.
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam surga.
Nashabun (kelelahan), yakni rasa capai dan payah.
Wa lā yamassunā (dan tiada pula terkena).
Fīhā (di dalamnya), yakni di dalam surga.
Lughūb (kelesuan), yakni kepenatan.
Asbabun Nuzul ayat 35:
Diriwayatkan oleh Al Baihaqi ayat ini turun ketika
Rasulullah saw. ditanya oleh seseorang tentang tidur dan istirahat di dalam
surga. Orang tersebut berkata wahai Rasulullah,
tidur adalah ni’mat Allah, lalu apa di surga kita juga tidur?”kemudian beliau
menjawab, “Di surga tidak ada tidur, karenna tidur kawannya kematian, dan di
surga tidak ada kematian. Di surga tidak ada kepenatan. Semua urusan mereka
menyenangkan” maka dari itu, turunlah ayat ini. (Lubaabun
Nuquul: 165).
7. Jannatul / Surga Al-Maqaamul Amiin
Surga Al-Maqaamul adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari emas.
Surga Al-Maqaamul adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari emas.
Calon penghuninya adalah orang-orang yang sangat beriman (muttaqien),
yaitu yang benar-benar bertakwa kepada Allah Swt.
sebagaimana firman Allah Swt. :
(Q.S. Ad-Dukhan [44] : 51)
(Q.S. Ad-Dukhan [44] : 51)
“Sesungguhnya orang-orang yang
bertakwa berada dalam tempat yang aman.”
Innal muttaqīna (sesungguhnya orang-orang yang bertakwa), yakni orang-orang yang manjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji. Mereka adalah Abu Bakr dan teman-temannya.
Innal muttaqīna (sesungguhnya orang-orang yang bertakwa), yakni orang-orang yang manjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan keji. Mereka adalah Abu Bakr dan teman-temannya.
Fī maqāmin amīn (berada dalam tempat yang aman) dari kematian,
kebinasaan, dan siksaan.
8. Jannatul / Surga Khuldi
Surga Khuldi adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari marjan merah dan kuning. Calon penghuninya adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya.
Surga Khuldi adalah surga yang diciptakan oleh Allah Swt. dari marjan merah dan kuning. Calon penghuninya adalah orang-orang yang taat menjalankan perintah Allah Swt. dan menjauhi segala larangan-Nya.
Firman-Nya,
(Q.S. Al-Furqan [25] : 15)
(Q.S. Al-Furqan [25] : 15)
“Katakanlah, ‘Apa (azab) yang
demikian itukah yang baik, atau surga yang kekal yang telah dijanjikan kepada
orang-orang yang bertakwa? Dia menjadi balasan dan tempat kembali bagi
mereka.’”
Qul (katakanlah), hai Muhammad saw. kepada
penduduk Mekah: Abu Jahl dan teman-temannya.
A dzālika (“Apakah itu),
yakni kecelakaan, kebinasaan, dan api yang menyala-nyala yang telah Aku
Kemukakan itu.
Khairun am jannatul khuldi (yang lebih
baik, ataukah surga yang kekal) untuk Nabi Muhammad saw. dan para shahabatnya.
Allatī wu‘idal muttaqūn (yang telah
dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa), yakni kepada orang-orang yang
menjauhi kekafiran, kemusyrikan, dan perbuatan-perbuatan buruk.
Kānat lahum (adalah ia bagi
mereka), yakni surga yang kekal itu.
Jazā-aw wa mashīrā (merupakan
balasan dan tempat kembali”) di akhirat.
Alhamdulillahirabbil ‘alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar