Kematian adalah sesuatu yang pasti
akan datang kepada diri kita, dan akan memisahkan ruh dari jasadnya.
Ayat Al Quran tentang kematian semoga
menjadi pengingat kita untuk segera berbekal diri dengan ikhlas
beramal shaleh untuk menyambut perjalanan yang panjang di akhirat.
Bismillaahirrahmaanirrahiim
(QS. Al Baqarah (2): 28)
Bukti-bukti kekuasaan Tuhan
Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal
kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan
dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
Kaifa takfurūna billāhi (bagaimana kalian bisa kufur kepada
Allah).
Kalimat ini
menunjukkan ungkapan keheranan.
Wa kuηtum amwātā (padahal dulunya kalian mati),
yakni berupa sperma yang ada di dalam tulang rusuk bapak-bapak kalian.
Fa ahyākum (lalu Dia Menghidupkan kalian) di dalam rahim ibu
kalian.
Tsumma yumītukum (kemudian Dia Mematikan kalian)
ketika batas waktu telah berakhir.
Tsumma yuhyīkum (kemudian Dia Menghidupkan lagi
kalian) untuk kebangkitan.
Tsumma ilaihi turja‘ūn (kemudian hanya kepada-Nya kalian
akan dikembalikan) di akhirat seraya Membalas amal-amal kalian.
Selanjutnya
Allah Ta‘ala Menyebutkan nikmat-nikmat yang telah Dia Anugerahkan kepada
mereka.
(QS.
Al Baqarah : 161)
Sesungguhnya orang-orang kafir dan mereka mati dalam keadaan kafir, mereka itu mendapat la`nat Allah, para malaikat dan manusia seluruhnya.
Innal ladzīna kafarū wa mātū wa hum kuffārun (sesungguhnya orang-orang kafir
serta mereka mati dalam keadaan kafir) kepada Allah Ta‘ala dan Rasul-Nya.
Ulā-ika ‘alaihim la‘natullāhi (mereka itu mendapat Laknat Allah),
yakni Azab Allah Ta‘ala.
Wal malā-ikati (dan para malaikat), yakni laknat
para malaikat.
Wan nāsi ajma‘īn (dan seluruh manusia). Termasuk
kaum Mukminin yang saling melaknat, maka laknat mereka akan menimpa orang-orang
kafir.
(QS. Ali Imron : 102)
Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.
Ya ayyuhal ladzīna āmanuttaqullāha (wahai orang-orang yang beriman,
hendaklah kalian bertakwa kepada Allah), yakni hendaklah kalian taat kepada
Allah Ta‘ala.
Haqqa tuqātihī (dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya), yakni sebenar-benar takwa kepada Allah Ta‘ala dengan jalan taat
kepada-Nya dan tidak durhaka kepada-Nya, bersyukur kepada-Nya dan tidak kufur
kepada-Nya, ingat kepada-Nya dan tidak lupa kepada-Nya. Menurut pendapat yang
lain, yakni hendaklah kalian taat kepada Allah Ta‘ala sebagaimana sudah
semestinya.
Wa lā tamūtunna illā wa aηtum muslimūn (dan janganlah sekali-kali kalian
mati melainkan dalam keadaan beragama Islam), disertai ibadah dan tauhid yang
ikhlas (kepada-Nya).
(QS.
Ali Imron : 185)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.
Kullu nafsin (setiap yang berjiwa), yakni yang
dilahirkan.
Dzā-iqatul maut, wa innamā tuwaffauna
ujūrakum (akan
merasakan mati. Dan sesungguhnya akan disempurnakan pahala kalian), yakni
pahala amal kalian.
Yaumal qiyāmah, fa maη zuhziha (pada hari kiamat. Barangsiapa yang
dijauhkan), yakni orang yang dipisahkan, disingkirkan, dan dijauhkan.
‘Anin nāri (dari neraka) lantaran bertauhid dan beramal saleh.
Wa udkhilal jannata fa qad fāz (dan dimasukkan ke dalam surga,
maka ia benar-benar telah beruntung) meraih surga dengan segala kenikmatannya,
serta selamat pula dari neraka dan segala penderitaannya.
Wa mal hayātud dun-yā (dan kehidupan dunia itu tiada
lain), yakni kenikmatan dunia itu tiada lain ….
Illā matā‘ul ghurūr (hanyalah kesenangan yang
memperdaya), yakni layaknya masa pakai perabotan rumah tangga, seperti: tembikar,
botol, dan lain-lain. Kemudian Allah Ta‘ala Menuturkan perbuatan orang-orang
kafir yang menyakiti Nabi Muhammad saw. dan para shahabatnya.
(QS.
Al Nisaa : 78)
Di mana saja kamu berada, kematian akan
mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan
jika mereka memperoleh kebaikan[319], mereka mengatakan: "Ini adalah dari sisi
Allah", dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan:
"Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)". Katakanlah:
"Semuanya (datang) dari sisi Allah". Maka mengapa orang-orang itu
(orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan [320]sedikitpun?
[319]. Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320]. Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.
[319]. Kemenangan dalam peperangan atau rezki.
[320]. Pelajaran dan nasehat-nasehat yang diberikan.
Aina mā takūnū (di mana pun kalian berada), wahai
segenap kaum Muk-minin yang ikhlas ataupun kaum munafik, baik di daratan maupun
di lautan, di perjalanan ataupun di tempat sendiri.
Yud-rikkumul mautu (maut akan menemukan kalian), lalu
kalian pun akan mati.
Wa lau kuηtum fī burūjim musyayyadah (meskipun kalian berada di dalam
benteng yang tinggi lagi kukuh) atau berada di dalam istana-istana yang dijaga
ketat. Selanjutnya Allah Ta‘ala Mengungkapkan perkataan kaum Yahudi dan
orang-orang munafik yang menyatakan, “Semenjak kedatangan Muhammad saw. dan
shahabat-shahabatnya, kami senantiasa mengalami kekurangan buah-buahan dan
hasil pertanian.”
Wa iη tushibhum (dan jika mereka memperoleh), yakni
kaum munafik dan orang-orang Yahudi.
Hasanatun (kebaikan), yakni kurma-kurma berbuah lebat, turunnya
harga, dan tahun-tahun yang penuh kesuburan.
Yaqūlū hādzihī min ‘iηdillāhi (mereka mengatakan, “Ini adalah
dari sisi Allah”) karena Dia Tahu bahwa kita memiliki keutamaan.
Wa iη tushibhum sayyi-atun (tetapi jika mereka ditimpa
keburukan), yakni musim paceklik, kekeringan, bencana, dan kenaikan harga.
Yaqūlū hādzihī min ‘iηdik (mereka mengatakan, “Ini adalah
gara-gara kamu [Muhammad]”), yakni karena kesialan yang dibawa Muhammad saw.
dan shahabat-shahabatnya.
Qul (katakanlah), hai Muhammad kepada kaum munafik dan
orang-orang Yahudi!
Kullun (“Semua), baik bencana maupun kenikmatan.
Min ‘iηdillāh, fa māli hā-ulā-il qaumi ([datang] dari sisi Allah.” Maka
mengapa orang-orang itu), yakni kaum munafik dan orang-orang Yahudi.
Lā yakādūna yafqahūna hadītsā (hampir-hampir tidak bisa memahami
pembicaraan), yakni ucapan yang menegaskan bahwa kenikmatan dan kesulitan datang
dari Allah Ta‘ala. Kemudian Dia Menerangkan, mengapa kenikmatan dan kesulitan
itu bisa menimpa mereka.
(QS. Al Jumu'ah : 8)
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian
yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu,
kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan
yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".
Qul (katakanlah) hai Muhammad!
Innal mautal ladzīna tafirrūna minhu (sesungguhnya kematian yang kalian
lari darinya itu), yakni yang tidak kalian sukai.
Fa innahū mulāqīkum (pasti akan menjemput kalian),
yakni pasti akan menimpa kalian.
Tsumma turaddūna (kemudian kalian akan dikembalikan)
di akhirat.
Ilā ‘ālimil ghaibi (kepada [Allah] Yang Maha
Mengetahui yang gaib), yakni (mengetahui) segala sesuatu yang tersembunyi dari
hamba dan segala sesuatu yang akan terjadi.
Wasy syahādati (dan yang nyata), yakni segala
sesuatu yang diketahui oleh hamba dan segala sesuatu yang telah terjadi.
Fa yunabbi-ukum (lalu Dia akan Memberitahukan
kepada kalian), yakni akan Mengabarkan kepada kalian.
Bimā kuηtum ta‘malūn (segala apa yang dahulu kalian
perbuat), yakni semua kebaikan dan keburukan yang dahulu kalian perbuat dan
kalian katakan.
(QS.
Yunus : 49)
Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfa`atan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah." Tiap-tiap umat mempunyai ajal[696]. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan (nya).
[696] Yang dimaksud dengan ajal ialah, masa keruntuhannya.
Qul (katakanlah) kepada mereka, hai Muhammad!
Lā amliku li nafsī dlarran (“Aku tidak berkuasa [mendatangkan]
kemudaratan terhadap diriku), yakni aku tidak berkuasa menepis kemudaratan.
Wa lā naf‘an (dan tidak [pula] kemanfaatan”),
yakni dan tidak berkuasa pula mendatangkan kemanfaatan.
Illā mā syā-allāh (kecuali apa yang Dikehendaki
Allah), yakni kecuali kemanfaatan dan kemudaratan yang Dikehendaki Allah
Ta‘ala.
Li kulli ummatin (setiap umat mempunyai), yakni
setiap pemeluk agama.
Ajalun (ajal), yakni waktu dan kesempatan.
Idzā jā-a ajaluhum (apabila ajal mereka telah tiba),
yakni saat kematiannya.
Fa lā yasta’khirūna sā‘atan (maka mereka tidak dapat
mengundurkannya barang sesaat pun) sesudah ajal itu tiba.
Wa lā yastaqdimūn (dan tidak pula dapat memajukannya)
sebelum ajal itu tiba.
(QS.
Al Anbiyaa' : 35)
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.
Kullu nafsin (setiap orang) yang bernyawa.
Dzā-iqatul maut, wa nablūkum bisy syarri wal
khairi (akan
merasakan mati. Dan Kami akan Menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan),
yakni dengan kesulitan dan kelapangan.
Fitnah (sebagai cobaan), yakni keburukan dan kebaikan itu
merupakan ujian dari Allah Ta‘ala.
Wa ilainā turja‘ūn (dan hanya kepada Kami-lah, kalian
akan dikembalikan) sesudah mati, kemudian Kami akan Membalas amal-amal kalian.
(QS.
Luqman : 34)
Sesungguhnya Allah, hanya pada sisi-Nya
sajalah pengetahuan tentang Hari Kiamat; dan Dia-lah Yang menurunkan hujan, dan
mengetahui apa yang ada dalam rahim. Dan tiada seorangpun yang dapat mengetahui
(dengan pasti) apa yang akan diusahakannya besok. Dan tiada seorangpun yang
dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Mengenal.
Innallāha ‘iηdahū ‘ilmus
sā‘ati (sesungguhnya
Allah, pada sisi-Nya-lah pengetahuan tentang kiamat), yakni pengetahuan tentang
kapan terjadinya kiamat. Dan hal ini tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa yunazzilul ghaitsa (dan Dia
Menurunkan hujan), yakni Dia Mengetahui turunnya hujan. Hal ini pun tidak
diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa ya‘lamu mā fil arhām (dan mengetahui
apa yang ada di dalam rahim), apakah anak laki-laki ataukah anak perempuan;
apakah sempurna (sembilan bulan) ataukah prematur; apakah akan celaka atau
bahagia. Hal-hal itu pun tidak diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa mā tadrī nafsum mādzā
taksibu ghadā
(dan tidaklah seseorang dapat mengetahui apa yang akan dilakukannya besok),
yakni kebaikan dan keburukan yang akan dilakukannya besok. Hal ini pun tidak
diketahui oleh semua Hamba-Nya.
Wa mā tadrī nafsum bi ayyi
ardliη tamūt
(dan tidak juga seseorang dapat mengetahui di bumi mana ia akan mati), yakni di
tempat mana ia akan dimakamkan. Hal ini pun tidak diketahui oleh semua
Hamba-Nya.
Innallāha ‘alīmun (sesungguhnya
Allah Maha Mengetahui) semua Makhluk-Nya.
Khabīr (lagi Maha
Mengenal) perbuatan semua Makhluk-Nya, dan juga Maha Mengenal keuntungan dan
kerugian yang dialami mereka.
Alhamdulillahirabbil
‘alamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar